Thursday, July 15, 2010

Jadilah Seperti Lebah
Dikirim oleh: ria_firdaus on 21 July, 2008, 10:02:36 AM
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya) .” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.

Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.

Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168)

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka bebanbeban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang- orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)

Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).

Mengeluarkan yang bersih.

Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!

Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)

Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.

Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.

Tidak pernah merusak

Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.

Bekerja keras

Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)

Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu

Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.

Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl.


Cerita tentang lebah dan madu, ada satu hadis yang boleh kita kongsi bersama..

Ianya mengenai kisah seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah mengadu tentang saudaranya yang sakit perut. Nabi Muhammad s.a.w bersabda, dia hendaklah diberi minum madu. Namun, lelaki tersebut datang semula mengatakan penyakit saudaranya tidak juga sembuh. Nabi Muhammad s.a.w menyuruh saudara pemuda itu terus minum madu sehingga tiga kali. Jawab lelaki itu, saudaranya telah minum madu tetapi penyakitnya bertambah, akhirnya Nabi s.a.w berkata ”Allah benar dan perut saudaramu itu berbohong”. Lalu Rasulullah s.a.w sendiri memberi minum lelaki tersebut dengan madu dan dia akhirnya sembuh. (Riwayat Bukhari dan Muslim)



Prajurit-Prajurit Lebah


'Mukmin sejati ibarat prajurit-prajurit lebah yang tangguh, yang menghasilkan karya bagi diri dan orang lain. Senantiasa gigih berjuang tak kenal kata menyerah. Selalu memberi manfaat terbaik bagi siapa saja, dan senantiasa bergegas dalam kebaikan kapan dan di manapun ia berada. Mukmin yang tangguh adalah mereka yang salih dan berdayaguna' (hanan)

'Prajurit..!!!', seekor ratu lebah memanggil para prajuritnya dengan suara lantang yang hanya mereka dan Allah saja yang bisa mengerti perkataannya, tidak pula manusia maupun hewan lainnya.
'Pergilah kalian mencari makanan sebanyak-banyaknya hari ini untuk disimpan di dalam rumah kita sebagai persediaan hari esok. Sebagian yang lain pergilah membangun rumah kita yang belum selesai. Dan sebagian lagi berjaga-jagalah di sekitar rumah kita, agar bila ada musuh yang datang kita bisa mengetahuinya.' Sang ratu memberikan perintahnya dengan bijak dan seksama.
Kemudian beribu ekor lebah berpencar menyelesaikan tugasnya masing-masing tanpa banyak pertanyaan dan pertengkaran siapa yang harus mengerjakan ini dan itu, seakan-akan seperti dikendalikan dengan remote control mereka membagi tugas masing-masing. Melesat cepat dan bergegas sebelum hari mulai sore. Ibarat prajurit yang sedang bertempur, mereka menyusun strategi dan persiapan.

"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan" (QS. An-Nahl : 68-69)

Lebah madu adalah hewan ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala yang memiliki banyak keunikan dan keistimewaan hingga nama mereka diabadikan di dalam surat cinta terindah dari Sang Pecinta sejati. Tahukah saudara-saudara kebesaran Allah apa saja yang dapat kita saksikan dari tubuh mungil seekor lebah madu? Tubuh kecil yang menyimpan kecerdasan dan keunikan luar biasa.

Madu adalah sumber makanan penting bagi manusia namun sedikit manusia yang mengetahui tentang penghasil madu itu sendiri yaitu lebah madu. Lebah madu senantiasa mencari pohon dan tanaman untuk mendapatkan makanan mereka berupa nektar yang hanya dijumpai saat musim panas, dan dengan nektar inilah sang lebah membuat madu dengan mencampurkan nektar dengan cairan yang mereka keluarkan dari tubuhnya. Madu disimpan untuk cadangan musim dingin dalam jumlah yang sangat besar. Sungguh menarik untuk kita cermati, mengapa lebah menyimpan madu dalam jumlah yang sangat besar, padahal kebutuhan mereka akan madu tidaklah sebanyak yang mereka simpan. Untuk apa mereka membuang waktu dan tenaga untuk menghasilkan madu ini? Ternyata lebah memproduksi madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri untuk melayani manusia. Sebagaimana yang telah diwahyukan Allah kepada mereka dalam ayat tadi.

Keunikan lain yang dapat kita cermati adalah tentang sistem organisasi yang sangat luar biasa. Pekerjaan lebah yang begitu banyak mampu dilaksanakan dengan pembagian yang sangat sempurna. Pembagian kerja antara lebah pencari makanan, pembuat madu, pembangun sarang, dan penjaga sarang, semua diatur dengan sistem yang sangat rapi dan cerdas selama 24 jam terus-menerus. Bahkan pengaturan ventilasi dan kesehatan sarang mereka pun diperhitungkan. Kemudia cara komunikasi mereka yang sangat unik dengan tarian-tarian tertentu yang menyebutkan arah tempat sumber makanan dan jarak jauhnya tempat tersebut. Kecerdasan lain yang ada pada lebah adalah bagaimana mereka membuat sarang berbentuk heksagonal yang secara matematis jika diperhitungkan memerlukan bahan yang sangat minim namun mampu menghasilkan sarang dengan batas penyimpanan yang maksimal. Subhanallah.

Dari lebah madu yang sangat kecil, bahkan hanya sebesar jempol tangan manusia, mampu menghasilkan suatu zat yang sangat bermanfaat bagi manusia dan makhluk Allah yang lain. Betapa naluri yang dikaruniakan Allah kepada makhluk yang kecil itu telah dipergunakannya dengan sebaik-baiknya. Selalu bekerja keras dan gigih dalam berusaha. Memiliki perencanaan dan strategi yang sangat baik sehingga musuh yang berjarak jauh pun bisa dideteksi oleh lebah, begitu juga sistem komunikasi yang terarah dan luar biasa ini.

Seorang mukmin harus mampu mengambil pelajaran dari itu semua. Mukmin yang sejati adalah mereka-mereka yang senantiasa berusaha mempergunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk kemaslahatan umat dan ketinggian kalimat Allah subhanahu wa ta'ala. Bermanfaat bagi seluruh alam dan senantiasa beraktivitas dengan perencanaan yang teratur sesuai dengan visi dan misi hidupnya. Padahal kalau difikir-fikir manusia jauh lebih banyak memiliki potensi dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh lebah. Mukmin sejati adalah mereka yang senantiasa teguh memegang prinsip yang telah ditetapkan Allah. Menjaga apa yang telah diamanahkan kepadanya dan melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Ibarat prajurit-prajurit lebah, bersegera dalam kebaikan dan berlomba-lomba dalam kebaikan pula.

Semoga kita semua bisa menjadi prajurit-prajurit Allah yang taat dan patuh kepada Rabb semesta alam dan menjadi sosok-sosok yang salih berdaya guna melebihi lebah itu.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...